Minggu, 06 Januari 2008

Kyokusei Bungaku : Nakamata Akio

Pendahuluan

Nakamata Akio yang mengemukakan Teori Sastra Kyokusei dalam buku Westway to the World nya merupakan seorang mahasiswa lulusan Fakultas Ekonomi, Universitas Waseda. Ia lahir di Tokyo tahun 1964 dan banyak melahirkan karyanya di sana. Walaupun ia seorang mahasiswa Fakultas Ekonomi namun ia aktif mengulas beberapa wacana yang berhubungan dengan kebudayaan dan kesusateraan khususnya post-modernisme.
Karya-karya yang dihasilkan antara lain ++yang sama sekali tak ada kaitannya dengan background pendidikannya.
Makna Barat dan Timur dilihat dari sudut geografis merupakan makna yang tidak mengacu dan berporos. Dunia ini berbentuk bulat jadi apabila kita berdiri di suatu tempat tidak bisa dijadikan poros yang mengacu pada “Barat” ataupun “Timur” itu sendiri. Dengan kata lain yang memberi konsep yaitu kita sebagai subjek bukan tempat itu yang dijadikan subjek. Sekali lagi dititik beratkan kepada konsep dunia itu yang berbentuk bulat jadi tidak ada poros Barat maupun Timur untuk dijadikan poros berpikir.
Makan Barat dan Timur dari sudut peta dunia kuna membagi dunia ini menjadi dua belahan bumi yaitu Barat sebagai wilayah occidental dan Timur sebagai wilayah oriental. Orient berasal dari Bahasa Latin yang berarti daerah terbit matahari. Istilah ini digunakan oleh orang Barat untuk menunjukkan bagian wilayah Timur (kalau posisinya di lihat dari Eropa). Wilayah Timur orient itu tentu saja mengacu pada Negara Asia Timur yaitu Cina dan Jepang karena kedua Negara ini berada di posisi Timur Eropa. Kedua negara ini juga sering disebut Negara oriental karena pemaknaan dari konsep yang tercipta ini.
Pandangan tentang orientalisme menurut Edward Said muncul pada tahun 1978. Edward Said yang berkewarganegaraan Afrika ini mengemukakan bahwa wacana orient ini dibuat oleh peneliti Barat-Amerika dan Eropa mengenai masyarakat, budaya, bahasa, dari Negara wilayah Timur yang terbentuk sejak masa imperialisme ( penjajahan ) Eropa abad ke-18 dan ke-19. Wacana ini digunakan untuk mendominasi dan menguasai negara-negara yang berada di wilayah Timur ( target wilayah jajahan mereka ).

Pembahasan

Dalam buku Nakamata Akio dijelaskan beberapa Konsep Kyokusei yang di jabarkan dalam bab di dalam tubuh wacana buku Westway to The World. Konsep dalam buku Westway to The World secara keseluruhan dan mendetail ini tidak dijelaskan per bagian dalam mata perkuliahan karena mungkin akan memakan waktu untuk menjelaskannya. Namun konsep Kyokusei Nakamata Akio secara garis besar akan dijabarkan di bawah ini.
Konsep yang pertama shisen atau disebut juga dengan sudut pandang yaitu sudut pandang atau titik pandang yang digunakan oleh pengarang terhadap tokoh-tokoh dalam karyanya. Sudut pandang pengarang ini dibagi tiga yaitu posisi diri aktual, posisi diri tak nampak, dan posisi diri dan sekitar.
Konsep posisi diri aktual yaitu keberadaan diri tokoh yang dilihat secara aktual ; tempat ia (tokoh) berada. Posisi diri aktual dibagi menjadi tiga yaitu vertikal, horizontal dan diagonal.
Posisi diri vertikal yaitu konsep dimana keberadaan diri tokoh secara aktual melihat ke ruang lingkup yang berada di luar ruang diri tokoh.
Posisi diri horizontal yaitu konsep dimana ruang lingkup yang berada di luar ruang diri tokoh yang menjadi tujuan terhadap tokoh.
Posisi diri diagonal yaitu konsep dimana diri tokoh (satu titik) melihat ke dua lingkup (dua titik) ruang diri yang saling mempunyai interpretasi masing-masing terhadap kediriannya. Diri tokoh sebagai pelaku menginterpretasikan sendiri kedirian objek lain dalam sudut pandangnya secara bersamaan dan pada saat itu.
Posisi diri tak nampak yaitu suatu teori dimana keberadaan diri tokoh yang tidak dilihat secara aktual, tersembunyi dalam pikiran dan perasaan yang timbul karena imajinasi yang diciptakan oleh dirinya sendiri. Contohnya bisa dilihat dalam ketakutan yang dialami tokoh terhadap keadaan sekitar maupun segala sesuatu yang membuat keadaan itu muncul. Sudut pandang digambarkan seolah-olah tokoh bergelut dengan pikirannya sendiri, suatu pikiran yang tak aktual, tak nampak tapi seperti nampak terjadi. Sehingga perasaan tokoh yang berkecamuk, nampak dan terbayang bahkan lebih hebat lagi bisa dirasakan pembaca seolah-olah ikut merasakan apa yang terjadi.
Posisi diri dan sekitar yaitu suatu teori dimana keberadaan diri tokoh sebagai cerminan pengarang dihubungan dengan lingkungan sekitarnya (diri-orang lain). Sudut pandang posisi diri dan sekitar dibagi tiga yaitu: melihat (++) dan dilihat (++) dan tidak di mana pun (++).
Teori melihat (++), pengarang membuat sudut pandang tokoh dimana tokoh melihat keadaan sekitar dari sudut pandangnya sendiri. Tokoh menilai, menghubungkan, bahkan bisa menginterpretasikan aktualisasi diri terhadap keadaan sekitar.
Teori dilihat (++) sendiri merupakan kebalikannya dimana tokoh dilihat oleh keadaan sekitar. Secara kebalikannya keadaan sekitar lah yang menilai, menghubungkan, bahkan menginterpretasikan tokoh.
Dan teori yang ketiga yaitu tidak di mana pun (++) yaitu keberadaan diri tokoh sebagai cerminan pengarang tidak dihubungkan dengan lingkungan sekitarnya maupun keberadaan diri tokoh namun seolah-olah tidak berhubungan dengan tokoh lain. Eksistensi tokoh berada di dalam zona abu-abu, di mana keberadaan tokoh ada namun gambaran tokoh tidak berada di dalamnya.

Simpulan

Teori Sastra Kyokusei yang dikemukakan Nakamata Akio melalui buku Westway to The World menitik beratkan pada sudut pandang (shisen) yang kemudian muncul pada karya sastra era 90-an zaman Haruki Murakami dan setelahnya.
Pengarang menggunakan shisen yang pada penggunaan sebelumnya belum mampu ditembus oleh pengarang sebelum Zaman Haruki Murakami. Dalam kebanyakan karya dengan menggunakan shisen, narrator adalah seorang yang berada di luar cerita yang menampilkan tokoh-tokoh cerita dengan menyebut nama atau kata gantinya dengan kata lain narrator menggunakan teknik sudut pandang persona ketiga “dia”.
Dalam kumpulan cerita pendek Haruki Murakami, Zoo no Shometsu (The Elephant Vanishes) yang terbit pada tahun 1985 terdapat satu judul yang dijadikan bahasan dalam Mata Kuliah Kritik Sastra yaitu Naya wo Yaku (Burning Barn). Narrator banyak menggunakan kata ganti boku, kare.kanojyou, sebagai tokoh dalam cerita. Narrator juga menempatkan dirinya sebagai “aku” yang mengisahkan berbagai peristiwa dan tingkah laku yang dialaminya, first-person central. Namun tiba-tiba ia bisa melompat ke “dia” mahatahu, sudut pandang persona ketiga, narrator bebas bergerak dan berpindah-pindah menceritakan dari tokoh “dia” yang satu ke “dia” yang lain.
Dalam Teori Sastra Kyokusei tokoh “aku” yang menjadi first-person central mengacu pada mirugawa yang sifat kedirian tokoh sebagai cerminan pengarang dihubungkan dengan lingkungan sekitar. Pengarang dapat mengisahkan berbagai peristiwa dan tingkah laku yang dialaminya baik bersifat batiniah maupun fisik serta hubungannya dengan sesuatu yang diluar dirinya. Dalam novel muncul dalam interaksi fisik langsung dan percakapan yang terjadi antara ++boku++ dan ++kare++ sebagai konsep++mirugawa++.
Pemakaian Teori Posisi Diri Aktual khususnya horizontal banyak digunakan oleh narrator. ++boku++ menginterpretasikan sifat, kepribadian, sense, kebiasaan bahkan mengukur taraf golongan berada maupun tak berada hanya dengan interpretasi kedirian tokoh. Ia menilai dari apa yang dikenakan, cara berpakaian, cara berbicara, barang-barang yang dimiliki sehingga berhasil mengategorisasikan dan menilai orang lain (++kare).
Dengan kata lain karya-karya modern era 90-an memang karya yang banyak menggunakan sudut pandang yang sebelumnya belum pernah ditembus secara spesifik dan mendalam bahkan kompleks seperti ini. Kompleks disini dalam artian narrator berhasil menempatkan dirinya dalam tokoh yang mempunyai sudut pandang sendiri, bisa dari satu acteurs yang melakukan beberapa actans maupun beberapa actans dengan satu acteurs.

Tidak ada komentar: